SLB C Dharma Rena Ring Putra 2 Yogyakarta
Yayasan Dharma Rena Ring Putra (DRRP) berdiri atas inisiatif sekelompok
Ibu-ibu yang dipimpin oleh Ibu Soekanwo, pada tanggal 5 November 1963, dengan
akte Notaris UU No. 28 tahun 2004, UU No 16 tahun 2001 tentang Yayasan, maka
dengan akte Notaris R. Murjiyanto No. 08 tanggal 20 September 2008, UU No 16
tahun 2001 tentang status Yayasan Dharma Rena Ring Putra lebih kuat.
Yayasan bertujuan untuk membina anak-anak tuna grahita (cacat mental)
yang hingga saat ini tidak/belum lembaga atau organisasi yang
mempedulikannya. Pembinaan yang dilaksanakan adalah dengan mendirikan sekolah luar biasa (SLB) khusus untuk anak tuna grahita (C). SLB/C ini menjadi tempat
untuk berlatih dan belajar agar dengan keterbatasannya mereka dapat menjalani
kehidupannya sebagaimana anak-anak lain yang secara fisik dan mentalnya tidak
mempunyai kelainan. SLB/C ini adalah yang pertama kali berdiri di DIY yang
terdiri dari 2 SLB/C yaitu SLB/C Dharma I untuk siswa mampu latih (IQ: 35 s/d
50) dan Dharma II untuk siswa mampu didik (IQ 51 s/d 70).
Perjalanan Yayasan Dharma Rena Ring Putra ini penuh dengan dinamika, para
pengurus yang murni Ibu-ibu rumah tangga ini berjuang dengan gigih sehingga
dengan berbagai bantuan baik dari luar maupun dalam negeri antara lain
Depsos, Depdikbud, Supersemar, Dharmais, Susu SGM dan yang dari luar yaitu Belanda,
Jepang. Selain itu juga mengalami tantangan dan kesulitan antara lain penggusuran
lahan, pemindahan sekolahan dan penghentian bantuan. Namun demikian Yayasan
Dharma Rena Ring Putra berikut SLB/C nya masih tetap eksis sampai sekarang.
Seiring dengan waktu berjalan dan pergantian pengurus yayasan kemajuan
demi kemajuan baik para guru maupun fasilitas dan dukungan pemerintah serta
perseorangan, meskipun berbagai tantangan lain masih dihadapi dan dengan
kegigihan pengurus saat ini serta seluruh jajarannya, SLB/C saat ini masih
berjalan dengan baik.
Yayasan Dharma Rena Ring Putra juga mengalami pasang surut terutama pada
masalah kepengurusan maupun dana pengelolaan. Untuk masalah kepengurusan selain ibu-ibu yang saat ini sudah berusia lanjut juga sulitnya mencari “orang baru”
yang dengan tulus ikhlas mau berkorban bagi kegiatan social tanpa imbalan
sepeserpun. Demikian pula kesulitan dana, para donator lama sudah berkurang juga
karena sudah banyak yang pension, dan donator baru juga tidak mudah
mendapatkannya. Dana ini masih diperlukan untuk pengelolaan guru, karyawan yayasan yang belum diangkat menjadi PNS maupun untuk fasilitas belajar mengajar
meskipun sudah banyak pula bantuan dari pemerintah.
Perlu diketahui siswa-siswa SLB/C kami ini sebagian besar berasal dari
keluarga yang kurang mampu dan arena sifat yayasan adalah social, maka mereka
yang mempunyai surat keterangan tidak mampu dari RT/RW juga diterima sebagai
siswa di SLB/C DRRP. Saat ini dari 2 SLB/C yayasan melayani 120 anak didik
terdiri dari 13 jenjang TKLB, SDLB = 74
anak, SPMLB = 22 anak, SMPLB = 14 anak dan siswa sanggar 18 anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar